Potret kehidupan penjual ikan, anak SD ingin baju sekolah

  • Whatsapp
Caption : Kondisi Rumah Parmin warga pekon pardasuka selatan kecamatan pardasuka kabupaten Pringsewu lampung.

Lampung – Kisah pedagang ikan yang hidup serba kekurangan dan tinggal disebuah gubuk yang tidak layak huni.

Ini merupakan sebuah kisah nyata yang dialami oleh pasangan suami istri bersama satu orang anaknya.

Bacaan Lainnya

Ialah Parmin. Seorang suami yang sudah berumur 57 tahun dengan seorang istri bernama Risnawati yang berumur 56 tahun. Pasutri itu tinggal disebuah gubuk bersama seorang anak laki laki bernama Agus Pratama yang masih duduk dibangku sekolah dasar.

Mereka tinggal disebuah gubuk yang dindingnya terbuat dari bambu yang nyaris roboh. Gubuk yang mereka tempati berada di Dusun Pekon Tengah Pekon Pardasuka Selatan Kecamatan Pardasuka Kabupaten Pringsewu Lampung.

Parmin yang bekerja serabutan dengan hasil yang tak menentu. Buruh jualan ikan laut milik seorang bos besar yang ada di Kecamatan Pardasuka. Tidak setiap hari bapak yang sudah berumur paruh baya itu berjualan ikan. Tidak tentu. Upah hasil jualan ikannya itu hanya dapat dibelanjakan beras dua liter.

Kisah perjalanan hidup keluarga kecil bapak penjualan ikan itu pun diceritakan kepada kami yang sengaja mengunjungi rumah kediamannya.

Miris. Memprihatinkan. Memilukan. Jauh dari kata layak. Kehidupan bapak satu anak itu pun membuat kami tercengang setelah melihat kondisi yang sudah dialaminya bertahun tahun.

Rumah yang terbuat dari dinding bambu yang sudah rapuh berada dipemukiman yang padat. Berlubang menganga. Ditopang dengan kayu bambu lantaran gubuk yang nyaris rubuh tampak dari luar.

Diceritakan bapak satu anak itu. Ia bersama istri dan anaknya tinggal satu atap. Dan satu tempat tidur. Ia pun sudah bertahun tahun menempati rumah itu.

” Disinilah kami tinggal, satu tempat tidur. Kerja buruh upahan jualan ikan. Penghasilannya saya pun tak menentu. Setiap berjualan mendapatkan dua liter beras,” ucapnya.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari hari sang istri pun turut membantu meringankan beban suaminya. Setiap hari sang istri bersama anaknya menjadi seorang pemulung barang bekas yang hasilnya pun cukup membeli setengah liter beras.

” Istri sama anak juga turut membantu perekonomian, mencari barang bekas. Walaupun juga hasilnya tak begitu banyak,” terangnya.

Senada disampaikan Agus Pratama, bocah yang masih duduk di kelas 6 Sekolah dasar itu mengharapkan rumah yang ia tempati layak huni.

” Saya malu dengan kondisi saat ini. Tapi, mau bagaimana lagi. Setiap hari saya membantu ibu mencari rongsokan yang hasilnya buat tambahan beli kebutuhan dapur,” ucap Agus dengan nada tersedu.

Anak semata wayang yang mempunyai cita cita kerja dikantoran itu juga ingin membeli baju sekolah. (Andre).

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *