Cerita pilu ‘ Bertahan atau Nganggur ‘ Pengrajin Tahu

  • Whatsapp
Caption : Pengrajin tahu pekon gading rejo kecamatan gading rejo Kabupaten Pringsewu Lampung.

Lampung – Duka mendalam kembali dirasakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM ) di wilayah Kabupaten Pringsewu Lampung.

Selain dihadapkan masa Pandemi Covid 19 yang tak kunjung usai. Kini, para pengrajin itu kembali dihadapkan dengan persoalan persoalan soal kenaikan harga kedelai dan kelangkaan minyak goreng subsidi.

Bacaan Lainnya

Berhenti atau bertahan. Dua kata itu terucap dari para pelaku pengrajin tahu yang ada di Pekon Gading Rejo Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung.

Mereka pun tetap berjuang keras, memperhitungkan seluruh aspek positif dan negatif. Bertahan ‘ Dapur Ngebul ‘ demi kelangsungan perekonomian karyawannya maupun mencukupi kebutuhan pasar.

Berhenti. Karyawan dirumahkan. Angka penganguran bertambah. Pedagang nganggur, dapur pun tidak ngebul.

Keluh kesah itupun diceritakan Sri Mulatsih. Nama panggilannya mbak Sri pengrajin tahu dari Pekon Gading Rejo Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Lampung.

Sambil menggoreng tahu. Mbak Sri pun menceritakan semua beban yang saat ini dialaminya. Usaha tahu warisan orang tuanya itu secara turun temurun ia kelola bersama sang suami dan delapan karyawannya.

Di masa Pandemi Covid 19 lah yang membuat usaha warisan orang tuanya itu seperti mati suri, ibarat kata besar pasak daripada tiang.

Namun kini, mbak Sri harus dihadapkan kembali dengan dua persoalan secara berbarengan yang membuatnya harus jungkir balik mengatasi musibah yang saat ini menimpa di usahanya itu.

“Harga kedelai melonjak. Minyak goreng langka. Terus sampai kapan begini,” ucap mbak Sri sambil meneteskan air mata saat ditemui dilokasi pabrik pada Kamis (17/02/22).

Dengan terbata bata. Satu demi satu beban yang menimpa pada usahanya itu terucap lantaran hari demi hari tak kunjung tersolusi. Ia pun bukan menghitung berapa keuntungan yang ia dapat dari hasil produksi tahunya. Tapi, darimana lagi modal beli kedelai serta kemana lagi cari minyak goreng.

” Mau ngadu kemana pak. Kami pengrajin tahu hanya bisa pasrah hadapi semua ini. Harga kedelai naik, minyak goreng langka dan sulit harganya pun selangit. Berteriak. Teriak kemana. Siapa yang melirik jika kesulitan ini semakin menghimpit,” keluhnya.

Tak hanya itu, mbak Sri pun harus memikirkan karyawan yang mengelola usahanya itu. Semua karyawannya pun sudah berumah tangga dan memiliki anak.

” Darimana lagi gajih mereka. Hasil produksi beliin kedelai kurang. Apalagi minyak goreng. Yang kerja juga perlu makan buat anak istrinya dirumah. Tidak mungkin kalau mereka diberhentikan dimasa masa sulit seperti ini,” lirihnya.

Ngurangin ukuran tahu. Diperkecil harga masih sama. Mbak Sri pun diprotes oleh pedagang pasar yang selama ini menjadi pelanggannya. ” Saya diprotes oleh pedagang pasar. Katanya tahunya kecil amat,”.

Sementara itu, Eli Roslinawati Ketua Paguyuban pengrajin tahu. Ia pun harus memikirkan tiga belas pelaku UMKM pengrajin tahu yang dirinya pimpin. Bukan hanya memikirkan nasib para pekerja. Dari lonjakan harga kedelai, minyak goreng langka pun harus dicarikan solusi.

” Telpon sana telpon sini nyari ketersediaan minyak goreng. Barang ada harga mahal. Harga kedelai melonjak produksi menurun. Tidak produksi karyawan dicariin anak istri,” tuturnya saat ditemui dirumah kediamannya.

Eli pun saat ini hanya bisa pasrah dan berdoa semoga apa yang dialami bersama ketiga belas pengrajin dan seratusan karyawan cepat dikabulkan oleh Allah SWT atas doa doanya itu. Semoga semua kesulitan jika dihadapi dengan kesabaran dan keikhlasan cepat mendapatkan hidayah.

” Ya mau ngadu kemana lagi soal lonjakan harga kedelai dan minyak goreng,” ucapnya.

Penulis : Nanang

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *