Ceritaku pilu, entah sampai kapan berakhir

  • Whatsapp

Lampung – Tanah merah berlumpur selimuti jalan aspal Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Lampung.

Pasca guyuran hujan deras, jalan aspal yang sebelumnya bisa dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat kini hanya tinggal menyisakan sebuah cerita.

Bacaan Lainnya

Cerita itu muncul dari suara masyarakat yang melintas, warga sekitar, pedagang maupun pendatang.

Suara keluh kesah terucap pasca guyuran hujan lebat sehingga membuat tumpukan tanah merah disepanjang jalan itu berubah menjadi lumpur yang tidak tertata.

Lahan perlahan akibat guyuran hujan, tanah merah itu pun merangsak turun ke jalan aspal yang awalnya jalan itu menelan biaya milyaran rupiah.

Namun, karena keegoisan tanah itu sehingga membuat mobil maupun motor melintas harus menelindas longsoran tanah yang tak terkendali.

Bak adonan pembuatan kue, kata itu terucap dari warga yang melintas, melewati jalan karena keegoisan tanah yang tak mengerti akan bahayanya bila mesin dipacu dengan kecepatan tinggi.

” Gubrak ” saat kecepatan 100 Km / jam situasi sepi pasca guyuran hujan yang menyelimuti di kedinginan.

Bisikan bisikan warga mulai terngiang, berbagai macam cerita mulai belum ada tumpukan tanah yang menggunung disepanjang jalan itu.

Debu debu beterbangan terbawa hembusan angin sepoi sepoi, menempel di kaca mobil maupun kaca helm pengguna motor.

Keluhan warga pun terusik, deretan ruko, pedagang kaki lima, apalagi pas hari buka pasar tradisional.

” Pagi dan sore selalu selalu membersihkan debu menempel, lelah rasa ini, sampai kapan cobaan ini berakhir,” ucap pedagang.

Penulis : bram

 

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *