Suara lirih Muhlasin Pemerintah harus Pro aktif

  • Whatsapp

Lampung – Sebagai upaya untuk mengembalikan kejayaan bebek, peternak bebek mengharapkan bantuan dan dukungan dari pemerintah daerah.

Muhlasin (45), salah satu peternak bebek di Pekon Waluyojati, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Pringsewu mengatakan dirinya beserta sejumlah peternak lainnya terjun dan menekuni usaha ternak bebek lebih disebabkan faktor ekonomi, disamping untuk belajar beternak.

“Ide awal saya usaha ternak bebek ini bersamaan dengan usaha ternak maggot, sebagai upaya mengisi waktu luang saat pandemi Covid-19”, kata Muhlasin, Sabtu (4/12/21), dimana pada awalnya ia memelihara sebanyak 100 ekor.

Menurut Muhlasin, masalah utama peternak bebek tidak jauh berbeda dengan bidang pertanian lainnya, yakni masalah pengadaan bibit, pakan dan harga yang tidak menentu.

Ia mengaku walaupun saat ini memiliki 600 ekor bebek, ia berupaya untuk membuat pakan sendiri.

“Alhamdulillah, untuk dua bulan terakhir ini karena sawah banyak yang panen saya angon (menggembala, red.) sendiri bebek-bebek saya di persawahan sekitar sini, yang artinya ada pakan gratis selama jeda waktu antara masa panen hingga masa tanam”, ungkapnya.

Namun demikian, karena tak lama lagi akan memasuki masa tanam padi, iapun harus mengandangkan kembali bebek-bebek miliknya yang merupakan jenis pedaging.

“Saat ini saya tidak lagi menjual bebek hidup, tetapi hanya menjual bebek yang sudah dipotong bersih, disamping dalam bentuk olahan bebek ungkep, ingkung, bekakak, bebek goreng dan bebek bakar, sesuai pesanan pelanggan” tuturnya.

Muhlasin mengaku bersyukur usaha dengan modal seadanya ini masih berjalan baik hingga kini, walaupun diakui batas minimal bebek yang ia miliki belum mencapai ideal, karena seorang peternak bebek setidaknya memiliki 2.000 ekor agar usahanya sehat dan produktif.

Terkait masalah pemasaran, secara umum adalah masih banyaknya yang dikuasai tengkulak, sehingga dirinya beserta peternak lain tidak dapat menentukan harga yang ideal.

“Oleh karena itu, saya hanya menjual bebek olahan, dimana rata-rata perhari bisa memotong lima hingga sepuluh ekor. Kalau menjual bebek hidup paling tinggi dihargai Rp 40 ribu. Sedangkan dalam bentuk olahan bebek ungkep, harganya bisa mencapai Rp 70 ribu untuk wilayah Kabupaten Pringsewu dan Rp 85 ribu untuk wilyah Kota Bandar Lampung”, bebernya.

Muhlasin dan rata-rata peternak bebek di Bumi Jejama Secancanan memiliki harapan sama, yakni agar pemerintah pro-aktif memperhatikan dan membantu meningkatkan kualitas dan kelangsungan usaha mereka, disamping memberikan edukasi bagi para peternak bebek.

“Yang terutama adalah dalam hal pakan, yang berorentasi pada kedaulatan pakan, kedaulatan bibit dan kedaulatan harga. Agar para peternak bebek di Kabupaten Pringsewu lebih sejahtera. Perlu dicatat, bahwa Pringsewu ini dulu pernah berjaya dalam hal bebek”, tutupnya.

Loading

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *